Home » » DISORIENTASI ESENSI PENDIDIKAN

DISORIENTASI ESENSI PENDIDIKAN

Written By Unknown on Kamis, 12 Juli 2012 | 10.30

Oleh : Asep Koswara

Menginjak tahun ajaran baru, para orang tua berbondong-bondong mendaftarkan anak-anaknya untuk bisa sekolah di sekolah unggulan. Tentunya sekolah yang mempunyai reputasi tinggi; taraf nasional bahkan internasional.  Begitupun para siswanya, mereka begitu antusias dalam menghadapi serangkaian test tertentu yang menjadi syarat wajib yang harus dilewati.

Sayangnya, ternyata tidak mudah untuk bisa besekolah di sebuah sekolah unggulan. Disamping harus menempuh berbagai macam test dan mempunyai nilai yang tinggi dalam Nem ijazah sebelumnya, juga harus mempersiapkan kocek yang tebal karena biayanya sangat mahal ternyata. Timbul persepsi bahwa sekolah unggulan hanya diperuntukan untuk mereka yang pintar dan kaya saja.

Hal tersebut tentu melenceng dari tujuan dan esensi pendidikan itu sendiri, yaitu mencerdaskan manusia. Pendidikan bertujuan menciftakan manusia yang cerdas, meningkatkan martabat dan menghasilkan manusia yang berkarakter.
Karena terlalu fokus pada hasil yang diharapkan, berbagai institusi pendidikan lupa terhadap esensi pendidikan yang sebenarnya. Bisa dilihat pada masa penerimaan siswa baru, berbagai institusi lebih fokus pada mereka yang mempunyai bibit unggul agar memperoleh hasil yang unggul pula. Tidak terhadap mereka yang bodoh dan biasa-biasa saja, mereka bahkan hanya dipandang sebelah mata.

Apa sebetulnya makna dari sekolah unggulan itu? Apakah sekolahnya yang unggul ataukah siswanya yang pintar? Idealnya apabila berpegang pada esensi pendidikan, yaitu mencerdaskan manusia, seharusnya yang berada disekolah unggulan itu adalah individu-individu yang bodoh yang kemudian sekolah mengajar dan memfasilitasinya untuk menjadi pintar.

Suatu institusi sekolah dianggap berhasil bukan dilihat dari jumlah siswa yang pintar yang ada didalamnya seharusnya, tapi dilihat dari sejauh mana sekolah membuat perubahan pada siswanya. Proses penyeleksian dengan fokus terhadap siswa yang unggul saja, tentu suatu hal yang salah. Hal tersebut menyalahi esensi pendidikan dan juga undang-undang dasar 1945 tentang hak warga Negara atas pendidikan yang layak. Hal itu juga akan berimbas pada menguatnya kesenjangan sosial yang ada dimana yang pintar akan semakin pintar karena difasilitasi dengan lengkap sedangkan yang bodoh, sebaliknya.

Begitupun dengan para siswanya. Para siswa kadang tidak menyadari dan terlalu fokus terhadap nilai-nilai yang harus di dapat dari proses pendidikannya tersebut. Artinya orientasi terhadap esensi pendidikan saat ini sungguh sudah melenceng jauh. Pendidikan hanya dianggap sebagai formalitas hidup dengan tujuan fragmatis saja. sedangkan essensi pendidikan itu sendiri dilupakannya.

Padahal dalam setiap segi kehidupan manusia baik individu atau kelompok, ada tiga hal bertingkat (Khusni Mustakim, 2011) yang harus dilakukan secara selaras dan berimbang. Tiga hal tersebut adalah sumber, prilaku dan hasil. Sumber bersifat metafisika dan abstrak, termasuk didalamnya nilai, ideology, kepercayaan dll. Prilaku merupakan bentuk kegiatan yang bisa diamati langsung. Dan hasil merupakan akibat dari prilaku yang dilakukan. Bila dihubungkan dengan konsep pendidikan yang ada, esensi pendidikan (mencerdaskan manusia) merupakan sumber. Kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah adalah prilaku, dan kualitas peserta didik adalah hasilnya.

Hal yang terjadi saat ini, antara ketiga hal tersebut berjalan tidak selaras. Berbagai Institusi pendidikan lebih berorientasi pada hasil dan mempertinggi prilaku. Sedangkan sumber terlupakan dan bahkan mungkin tidak diperdulikan. Jadi tidak salah apabila hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan dan mempunyai mental yang kurang berkarakter.

Tentunya ketiga hal bertingkat diatas dalam dunia pendidikan terutama institusi sekolah unggulan perlu diselaraskan kembali. Penyelenggara pendidikan perlu mengkaji ulang dalam penerapan prilaku agar senantiasa berpegang teguh pada sumber bukan hasil. Hasil tentunya akan selalu dihasilkan dari prilaku dan alangkah idealnya didasarkan pada esensi sumber. Begitupun para peserta didiknya, diharapkan kesadaran mendalam tentang esensi bahwa tujuan pendidikan bukan hanya mencari nilai-nilai simbol saja namun pembentukan mental yang berkarakter.
Share this article :

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. LAPMI CAKABA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger