Oleh : Asep Koswara
Menginjak tahun ajaran baru, para orang tua
berbondong-bondong mendaftarkan anak-anaknya untuk bisa sekolah di sekolah
unggulan. Tentunya sekolah yang mempunyai reputasi tinggi; taraf nasional
bahkan internasional. Begitupun para
siswanya, mereka begitu antusias dalam menghadapi serangkaian test tertentu
yang menjadi syarat wajib yang harus dilewati.
Sayangnya, ternyata tidak mudah untuk bisa
besekolah di sebuah sekolah unggulan. Disamping harus menempuh berbagai macam
test dan mempunyai nilai yang tinggi dalam Nem
ijazah sebelumnya, juga harus mempersiapkan kocek yang tebal karena biayanya
sangat mahal ternyata. Timbul persepsi bahwa sekolah unggulan hanya
diperuntukan untuk mereka yang pintar dan kaya saja.
Hal tersebut tentu melenceng dari tujuan dan esensi
pendidikan itu sendiri, yaitu mencerdaskan manusia. Pendidikan bertujuan
menciftakan manusia yang cerdas, meningkatkan martabat dan menghasilkan manusia
yang berkarakter.
Karena terlalu fokus pada hasil yang diharapkan, berbagai
institusi pendidikan lupa terhadap esensi pendidikan yang sebenarnya. Bisa
dilihat pada masa penerimaan siswa baru, berbagai institusi lebih fokus pada
mereka yang mempunyai bibit unggul agar memperoleh hasil yang unggul pula. Tidak
terhadap mereka yang bodoh dan biasa-biasa saja, mereka bahkan hanya dipandang
sebelah mata.
Apa sebetulnya makna dari sekolah unggulan itu?
Apakah sekolahnya yang unggul ataukah siswanya yang pintar? Idealnya apabila
berpegang pada esensi pendidikan, yaitu mencerdaskan manusia, seharusnya yang
berada disekolah unggulan itu adalah individu-individu yang bodoh yang kemudian
sekolah mengajar dan memfasilitasinya untuk menjadi pintar.
Suatu institusi sekolah dianggap berhasil bukan
dilihat dari jumlah siswa yang pintar yang ada didalamnya seharusnya, tapi
dilihat dari sejauh mana sekolah membuat perubahan pada siswanya. Proses penyeleksian
dengan fokus terhadap siswa yang unggul saja, tentu suatu hal yang salah. Hal
tersebut menyalahi esensi pendidikan dan juga undang-undang dasar 1945 tentang
hak warga Negara atas pendidikan yang layak. Hal itu juga akan berimbas pada
menguatnya kesenjangan sosial yang ada dimana yang pintar akan semakin pintar
karena difasilitasi dengan lengkap sedangkan yang bodoh, sebaliknya.
Begitupun dengan para siswanya. Para siswa kadang
tidak menyadari dan terlalu fokus terhadap nilai-nilai yang harus di dapat dari
proses pendidikannya tersebut. Artinya orientasi terhadap esensi pendidikan
saat ini sungguh sudah melenceng jauh. Pendidikan hanya dianggap sebagai
formalitas hidup dengan tujuan fragmatis saja. sedangkan essensi pendidikan itu
sendiri dilupakannya.
Padahal dalam setiap segi kehidupan manusia baik
individu atau kelompok, ada tiga hal bertingkat (Khusni Mustakim, 2011) yang harus
dilakukan secara selaras dan berimbang. Tiga hal tersebut adalah sumber,
prilaku dan hasil. Sumber bersifat
metafisika dan abstrak, termasuk didalamnya nilai, ideology, kepercayaan dll. Prilaku merupakan bentuk kegiatan yang
bisa diamati langsung. Dan hasil
merupakan akibat dari prilaku yang dilakukan. Bila dihubungkan dengan konsep
pendidikan yang ada, esensi pendidikan (mencerdaskan manusia) merupakan sumber.
Kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah adalah prilaku, dan
kualitas peserta didik adalah hasilnya.
Hal yang terjadi saat ini, antara ketiga hal
tersebut berjalan tidak selaras. Berbagai Institusi pendidikan lebih
berorientasi pada hasil dan mempertinggi prilaku. Sedangkan sumber terlupakan
dan bahkan mungkin tidak diperdulikan. Jadi tidak salah apabila hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan dan mempunyai mental yang kurang
berkarakter.
Tentunya ketiga hal bertingkat diatas dalam dunia
pendidikan terutama institusi sekolah unggulan perlu diselaraskan kembali.
Penyelenggara pendidikan perlu mengkaji ulang dalam penerapan prilaku agar
senantiasa berpegang teguh pada sumber bukan hasil. Hasil tentunya akan selalu
dihasilkan dari prilaku dan alangkah idealnya didasarkan pada esensi sumber.
Begitupun para peserta didiknya, diharapkan kesadaran mendalam tentang esensi
bahwa tujuan pendidikan bukan hanya mencari nilai-nilai simbol saja namun
pembentukan mental yang berkarakter.
Posting Komentar